September 08, 2013

Menuju Phuket: Day 2 - Night Walk

Setelah menjelajah James Bond Island, malam harinya kami jalan-jalan di sekitar Bangla Road yang dekat dengan hotel kami. Sebenarnya capek sih tapi semangat kami belum padam untuk menikmati suasana Thailand di malam hari.

Hanya berjarak lima-sepuluh menit dari hotel, kami menemukan Banzaan Fresh Market. Ini adalah pasar ikan laut segar. Jika malam tiba maka akan banyak stand kaki lima olahan seafood berjejer di depan Banzaan Fresh Market. Harganya tentu saja ramah di kantong. Dan jangan segan menawar! (teteup :p)

Kami memesan cumi dan kerang laut yang diolah dengan bumbu khas Thailand. Rasanya oh-so-yuuuum!!! Selain itu, makanan khas Thailand yang wajib dicoba adalah Mango Sticky Rice. Sesuai dengan namanya, cemilan ini terdiri dari ketan dan mangga. Kemudian ada tambahan santan yang menjadi pelengkap. Harganya hanya 30 Baht.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Jungceylon Mall. Tujuan kami kemari karena ingin mencari souvenir yang katanya murah. Ternyata benar saja, di lantai dasar mall ini terdapat floating market yang menjajakan oleh-oleh khas Thailand dengan harga 100 Baht untuk semua barang. Karena dahaga belanja kami masih belum terpuaskan, kami pun menyusuri pasar malam di sekitar Jungceylon Mall. Pasar malam ini lebih lengkap lagi isinya, kaos, hiasan dinding, kain sutera Thailand semuanya ada di sini dan harganya lebih murah jika kita membeli di dalam Mall.
Bangla Boxing Stadium tepat di depan Banzaan Fresh Market


Mango Sticky Rice





Tidak perlu takut kehabisan uang, money changer tersebar di mana-mana.

Menuju Phuket: Day 2 - James Bond Island

Bangun pagi rasanya semangat sekali karena kami akan tour ke James Bond Island. Kata guidenya kami akan dijemput pukul 7.30. Sebentar saya bahas terlebih dahulu mengenai hotel di mana kami tinggal.

APK Resort & Spa

Hotel ini terletak di Rachapatanusom Road, Patong. Letaknya sangat strategis karena dekat dengan Banzaan Freshmarket dan Jungceylon Mall yang hanya 5-10 menit jika kita berjalan kaki. Terdapat pula toko obat serta mini market tepat di depan hotel. Sedangkan jika ingin ke Patong Beach, waktu untuk mencapai ke lokasi tersebut adalah 15 menit dengan jalan kaki.

Hotel ini dibagi menjadi tiga gedung, lobby yang cukup luas terletak di main building. Sedangkan kamar kami terletak di gedung C yang agak masuk ke dalam. Hotel ini menyediakan fasilitas free WiFi, namun hanya di sekitar lobby saja. Jika pengunjung ingin surfing melalui WiFi di kamar maka akan dikenakan biaya.

Biaya menginap per malamnya paling murah adalah 200 ribuan rupiah termasuk tiga kali breakfast. Dalam hal pelayanan dari bellboynya benar-benar sangat helpful dan friendly. Sangat berbeda sekali dengan sikap receptionist staff yang agak jutek. Bukan saya saja ternyata yang merasakan hal ini, beberapa pengunjung juga mengalami hal yang sama. Ini terbukti dari comment di Foursquare mengenai hotel tersebut.


Di lobby terdapat buku-buku bacaan seperti novel dan majalah yang dapat dipinjam pengunjung tapi hanya untuk dibaca di tempat. Selain itu juga terdapat travel agent yang menawarkan tempat wisata sekitar Phuket.
Pengunjung dapat menggunakan fasilitas komputer dan WiFi tapi ada biaya yang harus dibayar.
Kamar hotel kami 5509 berada di lantai 5
Morning view; diambil dari balkon kamar hotel
Hotel restaurant berkonsep outdoor
Having breakfast
Wat Suwan Kuha Temple
Pukul delapan si bapak tour guide menjemput kami. Beliau ini sangat fasih berbahasa Inggris. Thank god! Selain itu beliau juga selalu menjelaskan dengan detail ke mana rombongan akan dibawa dan menjelaskan pula informasi penting mengenai tempat-tempat wisata tersebut.

Sebelum ke James Bond Island, rombongan kami dibawa ke sebuah kuil yang terletak di dalam gua. Kuil ini bernama Wat Suwan Kuha Temple. Begitu turun dari mobil, kami sudah disambut oleh kawanan monyet. Monyet-monyet ini sudah terbiasa dengan kehadiran turis sehingga mereka pun bersikap sangat friendly.

Perjalanan ternyata cukup memakan waktu lama sekitar 45 menit. Sekar dan Indri pun tertidur di mobil. Sedangkan saya tidak mau melewatkan pemandangan sepanjang jalan. Sebenernya sih tidak ada perbedaan mencolok; orang-orangnya, suasana rumah penduduk, pasar, semuanya seperti di Indonesia. Hanya saja tulisan keriting ala Thailand yang membedakannya.
Pintu masuk menuju kuil

The reclining Buddha
Gua ini mengantar kami ke sebuah hutan.
Pointless sign. Keadaannya sama dengan di Indonesia ternyata. Pengunjung tetap saja mencorat-coret dinding batu padahal sudah jelas ada tanda larangan.
Terdapat pula sebuah kuil lain di kawasan ini.
James Bond Island
Pulau ini sebenarnya bernama Ko Khao Ping Kan atau Leaning Rock Island, namun sekarang lebih dikenal dengan James Bond Island. Kenapa? Karena pulau ini muncul di film James Bond The Man with the Golden Gun pada tahun 1974. Sejak saat itulah pulau ini mendunia dengan nama James Bond Island.
Ini yang capture tukang foto ibu-ibu. Kami kira hasilnya tidak akan sebaik ini karena ia terkesan memotret terburu-buru. Eh ternyata hasilnya baguuus. Dengan harga 100 Baht kami pun langsung membeli foto ini yang telah dimasukkan ke sebuah pigura.

Melewati hutan mangrove untuk menuju James Bond Island, perjalanan sekitar 30 menit dari pelabuhan.
Banyak pedagang souvenir di area James Bond Island. Tawar saja setengah harga jangan malu-malu. :p 
Sebenarnya ini bernama Ko Khao Ping Kan atau Leaning Rock Island namun sekarang lebih dikenal dengan sebutan  James Bond Island. Terletak di Phang Nga Bay, Andaman Sea, Thailand.
Longtail boat yang mengantar pengunjung ke James Bond Island

Naik perahu menyusuri gua
Panyee Island

Setelah mengunjungi James Bond Island, kami diantar ke sebuah floating village bernama Panyee Island. Desa yang penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan ini merupakan desa muslim. Terdapat sebuah masjid besar yang sedang direnovasi ketika kami datang. Di desa ini kami makan siang di sebuah resto bernama Panyee Restaurant. Sehabis makan, kami pun meng-eksplor isi perkampungan ini. Kami berkunjung ke tempat souvenir yang menjual baju, kain, aksesoris dan lain-lain. Selain itu terdapat juga makanan khas Thailand. Saat Dzuhur tiba kami menyempatan shalat di masjid yang berada di area ini.

Desa terapung muslim di Panyee Island





Gems Gallery

Tempat terakhir yang kami kunjungi hari ini adalah Gems Gallery. Galeri ini konon merupakan galeri permata dan mutiara terbesar di Asia Tenggara. Di sini, kami menaiki sebuah kereta mini yang membawa kami mengitari museum gems. Kereta ini dilengkapi dengan suara pemandu berbahasa Indonesia, sehingga informasi yang diterima sangat jelas. Saat memasuki wahana ini, rasanya seperti masuk rumah hantu. Udah deg-degan aja kita secara ruangan di dalam gelap dan terdapat orang-orangan yang agak menyeramkan. Isi dari wahana ini adalah perjalanan sebuah batu permata dan mutiara dari pertama digali hingga dipakai oleh masyarakat.


Ruang depannya mirip mini sea world


Our friendly tourguide

Menuju Phuket: Day 1 - Departure and Arrival

Yeaaay akhirnya sampai juga di Phuket pukul 8 malam (tidak ada perbedaan waktu antara Phuket dan Jakarta) setelah 2 jam 50 menit perjalanan dengan AirAsia dari Terminal 3 Soekarno-Hatta International Airport. Pesawat kami seharusnya terbang pada pukul 16.00 tapi ternyata pesawat delayed selama 25 menit karena padatnya lalu lintas udara. Yah begitulah pesawat bertarif rendah belum afdol rasanya jika tidak delayed.
Sebelumnya saya, Indri, dan adik saya Sekar ngegembel dulu di bandara kurang lebih lima jam. Kami berangkat dari Bandung menggunakan travel Cipaganti. Tiba pukul 11.00, kami kemudian makan siang di Bim Burger Terminal 3. Hingga saat keberangkatan tiba kami mondar-mandir mencari info di mana gate seharusnya kami berada, maklum ini pertama kali kami pergi sendirian lewat Terminal 3 Soetta. Mau beli cemilan atau sekedar ngopi untuk teman menunggu tidak jadi karena harganya mahal-mahal! Ya sudah kami makan bekal saja yang ada di tas kami.
The gembolans
Waiting Lounge @ Terminal 3
Waktu menunjukkan pukul 15.40, menandakan gate segera ditutup dan kami harus segera boarding. Eh ternyata delayed, menunggulah lagi kami selama 25 menit. Setelah ada panggilan bahwa penumpang AirAsia tujuan Phuket Flight No. QZ 8242 diminta ke gate B, kami pun segera beranjak. Passport dicek oleh petugas imigrasi dan kami harus membayar airport tax sebesar IDR 150.000.

By the way, ini pertama kalinya saya naik pesawat AirAsia. Saat memasuki kabin yang menurut saya sangat sempit, saya langsung dihinggapi rasa panik dan agak sesak nafas. Apa saya menderita claustrophobia? Mungkin. Tapi segera saya mengatasinya dengan megatur pernapasan: exhale-inhale. Huuuh akhirnya saya mulai terbiasa. Tempat duduk saya seharusnya adalah 19D yaitu di aisle, namun ternyata si bapak yang berada di 19F yaitu tempat duduk sebelah jendela, dengan berbaik hati memberikan kursinya untuk saya karena beliau sering bolak balik toilet jadi lebih mudah keluar jika posisinya dekat dengan lorong. Alhamdulillah, seat favorit saya nih dekat jendela karena bisa melihat pemandangan dari atas pesawat. Duduk di kelas ekonomi memang benar-benar tidak mengenakkan, lutut rasanya kaku karena ruang gerak yang terbatas. Padahal dulu ketika saya menumpang Lion Air kelas ekonomi ke Jeddah rasanya tidak sesempit ini. Untungnya perjalanan hanya memakan waktu tiga jam.
Kabin yang sempit

Teman selama penerbangan, the AirAsia inflight magazine Travel 3 Sixty
Nih ada tips packing dari majalah Travel 3 Sixty
Sesampai di Phuket International Airport, petugas bandara memberikan Arrival Card. Oh iya, si kartu Arrival Card ini menyatu dengan Departure Card. Jangan sampai salah mengisi ya. Di kartu ini kita diwajibkan mengisi identitas diri dan tempat di mana kita tinggal selama di Thailand. Untungnya saya sudah menyimpan alamat hotel sehingga tidak perlu susah payah lagi mencari. Tapi alamat ini juga tidak akan dicek kok, jadi ngarang juga ngga apa-apa. Hehe. Sesudah mengisi, lalu kami ke bagian imigrasi untuk pengecekan passport. Si Arrival Card ini nanti di-attach di dalam passport kita.

Beres pengecekan imigrasi, kami pun melangkah keluar. Sebelum exit gate ternyata ada sebuah counter simcard bernama True Move. Pendatang bisa langsung meminta simcard tersebut ke petugas counter. Simcard ini gratissss. Kami pun meminta si petugas untuk sekalian mengaktifkan simcard tersebut dan mengisinya dengan paket data sebesar 140 MB untuk lima hari seharga 100 Baht.


Hampir setengah jam kami berada di counter ini karena harus mengantri, sedangkan Mr. Tarayuut sang penjemput sudah menunggu di luar dengan membawa sebuah kertas bertuliskan nama saya. Kata beliau, ia sudah menunggu selama dua jam. Hihi. I'm so sorry.

Si Mr. Tarayuut ini kurang mengerti bahasa Inggris, alhasil kami pun kerepotan berkomunikasi selama perjalanan. Oiya, jemputan kami ini adalah sebuah taksi Toyota Camry. Wow mewah sekali bukan. Jarak airport dengan hotel tempat kami menginap berjarak 34 kilometer dan memakan waktu 45 menit. Di tengah perjalanan kami meminta Mr. Tarayuut membawa kami ke sebuah rumah makan. Ia pun membawa kami ke sebuah rumah makan muslim di mana pemiliknya seorang Melayu. Di sini kami memesan Tom Yum, Sate Ayam, dan chicken pepper. Setelah selesai makan malam, kami pun melanjutkan perjalanan menuju hotel di kawasan Patong, Kathu District.

Hotel kami bernama APK Resort beralamat di Rachapatanusom Road. Alhamdulillah hotel berbintang tiga ini sangat nyaman, kamar kami yang tidak begitu luas dengan tambahan extra bed pun sangat nyaman.

Baiklah, cukup sekian post kali ini. Disambung ke post berikutnya ya, netizen. :D


With the waiter who is a Malay. Ternyata dia pernah ke Bandung juga belanja ke Pasar Baru. :D
Masjid Nurul Islam di depan rumah makan. Ternyata cukup banyak juga umat Muslim di wilayah Phuket, termasuk Mr. Tarayuut juga seorang Muslim.