Teruntuk bapak ibu guru di seluruh Indonesia...
Selamat Hari Guru ke 19! (nggak papa ya telat sehari :p)
Terima kasih, melalui bimbinganmu kami jadi berilmu dan paham ini itu.
Ngomong-ngomong hari guru, saya teringat guru favorit saya di SMA dulu. Sebetulnya sih banyak, berhubung yang sangat menempel di ingatan hanya satu, ya saya akan berkisah mengenai beliau yang satu ini. Apakah saya harus menggunakan pseudonym? Rasanya tidak perlu. Karena saya bangga menuliskan nama beliau dalam blog ini dan saya bangga pernah menjadi murid beliau.
BSM. Begitu kami menyebutnya. Seperti nama Mall terbesar di Bandung itu ya kalo dulu. Bu Sri Marie ini adalah guru Matematika di sekolah saya. Beliau mengajar saya saat saya duduk di bangku kelas dua SMA.
Inget banget tuh, pertama kali beliau masuk kelas, ia menyuruh peringkat satu sampai tiga ke depan kelas untuk mengerjakan soal persamaan kuadrat. Saya, yang ranking dua, berjalan menuju papan tulis dengan tremor luar biasa. Saya hanya bisa bengong melihat soal yang beliau kasih. Susah! Sudah saya coba kerjakan tapi tidak juga ketemu jawabannya.
Lalu kata beliau, "Masa nggak bisa ngerjain soal kayak gini. Katanya rangking dua?"
Ah, jleb banget!
"Jika diberi amanah ya harus bisa bertanggung jawab dong." begitu lanjutnya.
Dari situ, saya kemudian berusaha belajar lebih giat untuk membuktikan bahwa saya memang layak. Akhirnya, saat saya lulus UN dengan nilai matematika yang lumayan bagus, beliau bilang, "bagus nilainya dan ibu yakin ini nilai asli tidak seperti yang lain." (Memang saat itu isu kecurangan UN sedang hangat diperbincangkan.)
Terima kasih ya bu atas ilmu dan nasehatnya. Akan saya ingat terus. Saya dulu keterima SPMB Pendidikan Matematika lho bu. Kalau saya memilih itu, saya pasti seperti ibu menjadi guru Matematika juga sekarang. Tapi saya lebih memilih Bahasa Inggris sebagai bidang saya bu. Hehe. Sehat terus ya, Bu Sri Marie. :')
Anyway...
Di hari guru ini pula saya ingin berkaca.
Apakah saya sudah memiliki empat kompetensi guru/dosen profesional yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial?
Khususnya kompetensi profesional, di mana seorang pendidik harus menguasai materi ajar secara luas dan mendalam, apakah saya sudah memberikan informasi yang valid kepada mahasiswa saya?
Yaaah, benar. Rasanya seperti ditodong sebuah pistol ketika sedang memberi kuliah di hadapan mereka yang dahaga ilmu.
Mudah-mudahan selama ini saya telah memberikan keabsahan ilmu yang sebenar-benarnya. Mudah-mudahan saya dapat mempertanggungjawabkan amanah yang telah diberikan.
Teringat, mantan Ka Prodi pernah berpesan, kira-kira begini.
"Apa yang kita ajarkan akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Tuhan. Apalagi menjadi dosen bagi calon guru itu tidak mudah. Coba bayangkan. Jika kita mengajari yang salah, kemudian mereka sampaikan kepada anak didiknya. Niscaya kehancuran akan terjadi."
Jadi, teruslah berbenah wahai bapak ibu guru. Jayalah para guru! :D