Dari Warkop Modjok, saya dan suami melanjutkan perjalanan ke Observatorium Bosscha. Di akhir pekan biasanya jalan menuju Lembang macet parah, tapi kok ini ngga ya? Benar-benar keajaiban..hehe.. Tidak sampai 20 menit kami sampai di tujuan. Sebelum masuk Observatorium, seorang satpam mengatakan bahwa jam kunjungan telah lewat. Jadi memang jika akan berkunjung dan melihat isi observatorium itu ada jadwalnya. Tapi kalau hanya sekedar berkeliling di sekitar teropong bintang tetap diperbolehkan dan tidak dipungut biaya.
Dibangun pada tahun 1923, Observatorium Bosscha menjadi observatorium tertua di Indonesia. Bosscha diambil dari nama seorang pengusaha kaya asal Belanda yaitu Karel Albert Rudolf Bosscha karena dalam pembangunannya ia sangat berjasa terutama dalam hal finansial. Namun ide pembangunan observatorium pertama kali dikemukakan oleh insinyur-astronom kelahiran Madiun, Joan George Erardus Gijsbertus Voƻte.
Bangunan-bangunan di sini hampir keseluruhannya merupakan peninggalan zaman Belanda. Walaupun sudah lebih dari 90 tahun, konstruksi bangunan masih terlihat kokoh dan terawat, Saat ini Observatorium Bosscha berada di bawah naungan ITB sebagai tempat riset, pendidikan, dan pengembangan Ilmu Astronomi di Indonesia.
Jika ingin melihat teleskop Zeiss dan mendapat informasi astronomi, ada baiknya kita melihat jadwal yang tertera di website resminya (http://bosscha.itb.ac.id/id/). Kemarin saya dan suami berkunjung hari Sabtu dan tiba tepat pukul 1 siang sehingga melewatkan kesempatan untuk melihat peneropongan bintang secara langsung. Setiap Sabtu jam buka kunjungan antara jam 9 pagi hingga 1 siang. Pengunjung harus mendaftar terlebih dahulu dan membayar Rp 15.000. Ada juga loh kunjungan malam di Bosscha tapi hanya dibuka beberapa malam di musim kemarau (periode April sampai Oktober). Harus dicoba nih kunjungan malam ke Bosscha. :D