July 30, 2013

Throwback: Yogyakarta #day30

Belum sah rasanya jika mudik ke Jawa Tengah tapi tidak mampir ke Jogja. Hehe. Maka dari itu, setelah meninggalkan kota Salatiga dan melanjutkan silaturahmi ke Kutoarjo, kampung halaman mamah saya, kami menyempatkan mengunjungi kota pelajar ini dahulu.

Jajanan wajib di Jogja ya tidak lain adalah gudeg. Sayur nangka manis ini bisa dinikmati di warung lesehan pinggir jalan di Malioboro. Tapi, karena ingin menikmati suasana lain kota Jogja, bapak saya mengajak kami sekeluarga menikmati gudeg di sebuah resto bernama Gadri Resto. Restoran ini berada di kawasan Rotowijayan. Selain menyajikan makanan dan minuman, resto ini juga menyuguhi pengunjung dengan benda-benda keraton seperti pakaian, alat-alat rumah tangga, foto-foto hingga batik.

Tempat makan ini awalnya adalah sebuah rumah milik Hamengku Buwono IX, ayah Hamengku Buwono X yang kini berkuasa. Saat saya berkunjung tahun lalu, rumah ini ditempati oleh adik sultan yaitu Pangeran Haryo Joyokusumo. Ada yang lucu di sini, ketika saya melihat-lihat perabot peninggalan keluarga keraton yang letaknya di dalam rumah, saya melihat adik sultan tersebut sedang menonton tv dengan hanya memakan kaos sangsang kata basa sunda mah dan sarung. Haha ternyata pangeran keraton juga seperti bapak-bapak kebanyakan ya. 

Nah, untuk yang ingin menikmati gudeg dengan suasana kraton Jogja harus datang ke sini.


courtesy of tripadvisor

Kalau tadi membahas gudeg ala keraton, sekarang saya akan mengajak anda pecinta gudeg ke jalan Wijilan. Tempat ini terkenal sekali dengan gudeg Wijilan-nya. Bedanya sama gudeg-gudeg lain sih saya tidak terlalu mengerti. Saya melihat deretan warung gudeg di jalan ini. Oiya si Jebraw sama Naya pernah nyoba Gudeg Yu Jum di sini. Tapi saya justru memilih warung gudeg lain bernama Gudeg Bu Lies. Soal rasanya sih tidak perlu ditanya, enak sekali tentu saja.

Sekarang tergantung selera pecinta kuliner khas Jogja mau memilih makan gudeg dengan suasana Malioboro, keraton atau jalan Wijilan.

Selamat mencoba.

Cheers.
Gudeg Bu Lies
Pemusik di Gudeg Bu Lies menambah kesan Jogja banget!

Throwback: Pantai Congot #day29

Mungkin sebagian dari kita akan mengernyitkan dahi ketika mendengar nama pantai ini. Ya, Pantai Congot. Terdengar asing? Pantai yang terletak di Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo ini memang masih jarang dikunjungi. Mungkin kalah pamor dengan pantai tersohor lain di kawasan pantai selatan seperti Pantai Parangtritis di Yogyakarta. Saya mengunjungi tempat ini saat perjalanan Jogja-Purworejo pada mudik Lebaran tahun lalu.

Pantai berlatar Samudera Hindia ini berpasir hitam. Oiya, kenapa pasir di sini berwarna hitam tuh katanya karena mengandung kadar bijih besi yang tinggi. Pantas saja, di sepanjang pesisir kawasan ini, banyak dijumpai spanduk bertuliskan "Stop, Penambanganan Liar!".

Pantai ini menurut saya sangat bersih jika dibandingkan Parangtritis sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati pemandangan. Sebagai sunset catcher, saya pun menunggu sore tiba untuk mendapatkan view matahari tenggelam yang menakjubkan. Dan inilah beberapa gambar yang berhasil saya abadikan.





teteup nampang :p

Throwback: Candi Gedong Songo #day28

Berhubung masih tertular semangat traveling keliling Indonesia sesaat setelah menonton Jalan-Jalan Men dan lagu "Bonfire", postingan saya kali ini akan membeberkan pengalaman saya ketika berlibur ke Candi Gedong Songo pada Lebaran tahun lalu. Daripada membiarkan file foto-foto tersebut mengendap tak berguna di laptop, lebih baik saya bagi di sini. 

Here we go.

Candi Gedong Songo ini letaknya di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di kabupaten Ambarawa, Semarang. Jalur menuju candi yang dibangun pada abad ke-9 Masehi ini sangat menanjak oleh karena itu diperlukan keahlian khusus jika membawa mobil. Karena letaknya yang berada di pegunungan, udaranya pun sangat sejuk dan sejauh mata memandang kita akan menemukan hutan pinus yang terhampar luas di puncak gunung.

Gedongsongo sendiri secara harfiah berarti sembilan bangunan. Nah, di lokasi ini memang ada sembilan candi yang tersebar. Untuk mencapai satu candi ke candi yang lain, kita bisa melalui jalan setapak atau bisa menyewa kuda sebagai alat transportasi dengan ditemani seorang pemandu.

Untuk masuk ke lokasi wisata ini, kita hanya harus merogoh kocek sebesar 5.000 rupiah saja. Kalau kalian sedang ada di sekitar Semarang, wisata ini wajib dicoba.  






Moodbooster: "Bonfire" by Strangers #day27

Pagi ini mood saya tiba-tiba meroket tajam gara-gara mendengarkan sebuah lagu berjudul "Bonfire" dari band indie asal Bandung yaitu Strangers. Awalnya saya mengira saya sedang mendengarkan band asal Inggris macam Coldplay karena memang nuansanya kental British pop-rock tapi ternyata...oalah band endonesa tho! Kereeeen.

Pokoknya, lagu ini benar-benar berhasil menggelorakan semangat saya! Semangat untuk mengeksekusi hal-hal yang tertunda, semangat untuk mencoba hal-hal baru, semangat untuk traveling keliling Indonesia. Kenapa ujug-ujug traveling? Ini karena lagu "Bonfire" merupakan soundtrack yang ada di Teaser Travel Series Jalan-Jalan Men Season 2 yang baru saya tonton di youtube -- pe to the cah abis season kali ini! wajib nonton bagi traveler sejati. Dan ketika saya traveling nanti, saya ingin membuat sebuah dokumentasi perjalanan dengan backsound lagu ini.

Untuk yang ingin mengunduh, bisa klik link di bawah ini:


Sementara liriknya bisa kalian baca di bawah ini. Lirik yang sederhana namun sungguh emosional! Have a listen and build your own ambience.

Show me your love no need to get rush and sing
Destiny calls to where we are now
Together we laughed and cry till we drown

Tears flowing hard when you feel alone inside
Open your eyes you've already got
the company that you need is within a smile

Bless me with all your heart
Hold me with all your might

Show me your love we're not in a rush and sing
Destiny calls to where we are now
Together we laughed and cry till we drown

I'm here to love you if you let me to
Listen to me, be patient with me

Come on, come here and sing with me
Lalalalalalalalalalalala.....

I'm here to love you if you let me to
Listen to me, be patient with me

Come on, come here and sing with me

Lalalalalalalalalalalala.....

July 27, 2013

Gimme a Little Piece of Quiet #day26

Post kali ini mau pol-polan curhat. Hehe. :p

Sedang sangat rindu pergi sendiri, nyetir sendiri, muter-muter Bandung sendiri, motret-motret sendiri, baca buku sendiri. Tempat tujuannya bukan mall atau cafe tentunya. Apalagi bioskop. Saya sedang puasa pergi ke tempat hang out seperti itu sampai waktu yang belum ditentukan. (kecuali kalo diajak bapak mamah ya gpp. :p)

Ingin sekali melipir ke tempat yang jarang dikunjungi orang seperti museum, gunung, kebun, sawah, laut dan banyak lagi.

Hmmmm pasti rasanya damai sekali membaca buku sendirian di hamparan rumput hijau yang luas, sambil sesekali tiduran terus liatin langit biru. Surgaaaa...

Dengan begitu, saya bisa merenung, introspeksi diri, memikirkan hal yang belum dan harus saya lakukan. Kemudian pada akhirnya saya bahkan bisa mensyukuri banyak hal.

Tapiiii, untuk sekarang kalo sengaja keliling-keliling naik mobil sih kayaknya nggak dulu. Secara ya BBM naik plus jalanan yang rawan macet. -___-

PS: hei tapi mau sampai kapan sendiri terus? *umur woooiiii umuuuuur*






when I had my lonesome time a couple of months ago.

July 26, 2013

The Most Breathtaking Wedding Speech Ever #day25

Honestly, I've watched this video million times and I burst in tears every single time. :') This is the most incredible wedding speech ever and Tom Fletcher is the coolest groom the world will see. His wife is such a lucky woman. The most breathtaking moment which I love is the way he looks at his wife when he's singing.

By the way, Tom Fletcher is the lead vocalist of McFly. He is a professional songwriter as well and he has written three songs for English-Irish pop boy band One Direction. The whole wedding speech consists of actual songs that he's written for his band but he changed the lyrics. If anyone is wondering the list of McFly's songs in the speech, here is a list in order.

1. Obviously
2. Star Girl
3. Sorry's Not Good Enough
4. Room on the 3rd Floor
5. The Heart Never Lies
6. It's All About You

Please have a click the thumbnail below and you will smile and completely break into tears at the same time.





Top Reasons to Travel by Train #day24

Saya selalu tertarik bepergian dengan kereta api. Terdengar kuno sih, tapi justru di sinilah terdapat yang namanya old-fashioned charm. Naik kereta api itu rasanya seperti sedang melakukan perjalanan menembus waktu, menapaki sejarah masa lalu. Bagaimana tidak? Saat masuk ke stasiun, kita disuguhi arsitektur khas kolonial Belanda berusia lebih dari satu abad. Mayoritas bangunan stasiun di Indonesia memang merupakan peninggalan zaman Belanda bergaya art deco, termasuk Stasiun Cimahi di mana beberapa hari yang lalu saya menumpang Argo Parahyangan jurusan Jakarta dari sini. Menurut cerita sih, stasiun ini dibangun sekitar tahun 1886 dan sekarang merupakan salah satu bangunan tua cagar budaya di kota saya. Kemudian, yang membuat seakan kembali ke era tahun empat-puluhan adalah suara peluit yang dibunyikan petugas saat kereta hendak berangkat atau tiba. Kalau soal fasilitas di dalam kereta apinya pasti sudah modern, apalagi di kelas eksekutif penumpang dimanjakan tayangan khusus yang disiapkan PT. KAI melalui layar LCD berukuran 23 inci.

Tapi sensasi sejarah tidak hanya berhenti di stasiun saja, di sepanjang rel yang membentang dari Bandung ke Jakarta banyak sekali tersimpan memori sejarah kolonialisme bahkan zaman purba seperti era Mesolitikum atau apalah itu namanya :p. Menurut teman saya Upay, seorang ancient Sunda history enthusiast, salah satu jembatan kereta api bernama Sasaksaat merupakan jalur sungai Citarum purba sebelum Gunung Sunda meletus. Adapula terowongan Sasaksaat, salah satu terowongan kereta api terpanjang di Indonesia yang dibangun oleh SS (Staatsspoorwagen) antara tahun 1902-1903 (whooila.com). Terowongan ini terletak di jalur antara Purwakarta dan Padalarang yang membelah perbukitan. Ketika memasuki terowongan ini, kita seolah memasuki mesin waktu berukuran raksasa yang segera membawa kita ke dimensi lain.

Selain sensasi napak tilas era kolonial bahkan era zaman batu, kenikmatan travelling dengan kereta api bisa kita rasakan ketika melihat pemandangan alam yang tidak kita temukan jika melalui jalur tol. Misalnya saja, pemandangan perbukitan kapur di daerah Citatah yang jika dilihat dari kereta di mana kita berada terasa sangat menakjubkan. Berikutnya, pemandangan tol Purbaleunyi dengan mobil-mobil yang melaju di atasnya. Semuanya terlihat seperti mobil mainan. Belum lagi pemandangan lain seperti sawah, hutan, dan sungai. Kalau melihat yang begini rasanya Indonesia tuh masih luas, sejuk, asri, makmur, aman, tenteram, damai -- keterusan. Sangat berbeda jika tinggal di kota besar yang terpenjara oleh gedung-gedung tinggi. 

Lalu, hal lain dari kereta api yang saya suka adalah penamaan unik dari setiap kereta. Nama-nama ini menambah kesan magis menurut saya. Argo Parahyangan -- sebelumnya Argo Gede, Argo Muria, Argo Bromo, Argo Jati, Argo Dwipangga, Gajayana, Lodaya, Harina dan sederet nama lainnya. Kalian tahu mengapa dinamakan demikian? Setelah banyak membaca literatur di dunia maya, ternyata PT. KAI tidak sembarangan memberi nama kereta-kereta besi tersebut. Jadi penamaan ini ada yang berdasarkan nama gunung, raja, dan hewan legenda. Kereta berawalan frasa Argo diambil dari nama-nama Gunung. Argo sendiri berarti Gunung. Eh kecuali Argo Dwipangga. Setau saya tidak ada gunung Dwipangga. Argo Gede, misalnya. Ini berasal dari Gunung Gede Pangrango yang terletak di Jawa Barat. Kalo Gajayana itu nama raja. Sedangkan yang diambil dari hewan legenda adalah KA Taksaka. Taksaka merupakan naga raksasa. Namun, ternyata ada juga yang merupakan singkatan macam KA Bangunkarta kepanjangan dari Jombang-Madiun-Jakarta.

Alasan yang paling top kenapa memilih kereta sih tidak lain karena alasan safety dan comfort-nya. Perjalanan Bandung-Jakarta selama kurang lebih tiga jam sangat tidak terasa karena di sepanjang jalan kita bisa menikmati pemandangan, membaca majalah, dan yang terpenting kita bisa mondar-mandir kalau pegel. Tidak seperti di mobil atau pesawat yang ruang geraknya sangat terbatas.

Tertarik naik kereta kan? :D







Monas terlihat sesaat meninggalkan Gambir