July 16, 2013

There's A Gap Between My Teeth! #day15

Agak stres dan khawatir akhir-akhir ini gegara melihat susunan gigi pasca dibehel dua tahun silam. Kok berubah bentuk ya? Padahal setelah dilepas, gigi saya terlihat rapi membentuk struktur gigi ideal berlekuk U-shaped. Tapi sekarang? Tidaaaaaakkkk!!!

Yah, tujuh tahun lalu struktur gigi saya memang sangat berantakan. Jenis gigi saya itu tergolong besar sedangkan rahang kecil sehingga bertumpuklah gigi-gigi saya dengan dua gigi seri di depan seperti gigi kelinci. Untuk dibehel, dokter gigi harus mencabut EMPAT gigi saya. Sebelum memasang behel permanen, saya pernah menggunakan removable brace. -- nggak nyaman banget lah pake behel kayak gini. Pas makan harus copot. Ih ribet apalagi kalo lagi aktivitas di luar rumah. Keadaan gigi saya diperparah setelah pemakaian kawat gigi ini yang tidak disiplin: gigi kelinci saya berubah menjadi gigi Ronaldo! Yup, ada GAP yang cukup lebar saat itu. Persis gigi si pemain bola asal Brazil itu. :/

Barulah setelah itu, saya memasang fixed brace di dokter gigi spesialis orthodontic di kawasan Kebon Jati Bandung. Biaya yang dikeluarkan jauuuuuhh lebih besar ternyata. Dengan segala tetek bengeknya mulai dari rontgen, cetak gigi, kontrol tiap bulan dan bla bla bla, kebeli tuh motor matic! Behel ini bertengger selama empat tahun di gigi saya. Saat harus dilepas, dokternya bilang langkah selanjutnya adalah pemasangan behel lepasan selama satu tahun. What? Again? Supaya menahan struktur gigi yang sudah rapi dan agar gigi tidak berubah bentuk lagi katanya. Tapiiii, dua tahun berlalu daaaaan there's a gap between my teeth (again)! Thing's getting worse, my teeth have gone rabbit-like teeth. Huhuuuu... 

Menurut adik saya, yang calon dokter gigi, memang sebenarnya susunan gigi manusia itu berubah bentuk seiring waktu dan tumbuhnya gigi bungsu yang letaknya di kanan kiri ujung bagian dalam rahang juga bisa berpengaruh terhadap human's tooth movement. Baiklah, saya terima saja. Rencananya sih kepengen dikawat lagi, tapi nunggu adik saya jadi dokter gigi dulu deh biar gratisss. Hihi. -- masih lama juga kali -____-

Left to right: with fixed brace, with removable brace, without brace (captured a day after brace officially removed)

July 15, 2013

June 28, 2013

Si Jalak Harupat Saat Ini ... #day13

... sampah berserakan di mana-mana.
... penuh coretan.
... tidak terawat.

Warga Bandung boleh berbangga memiliki stadion berskala internasional semacam Stadion Si Jalak Harupat di Soreang. Tapi melihat kondisinya sekarang, sungguh memprihatinkan. Bungkus-bungkus makanan dan botol air mineral menghiasi berbagai sudut stadion yang dibangun tahun 2003 ini. Selain itu, banyak sekali coretan di dinding yang dilakukan tangan-tangan jahil. Rumput liar di sekitar stadion pun tumbuh subur. Aduh, sayang sekali stadion megah dengan biaya milyaran rupiah seperti ini tidak dirawat.

Lalu siapa yang wajib merawatnya? Pertama, pemerintah daerah setempat seharusnya lebih memperhatikan perawatan stadion ini. Nyuruh petugas buat sasapu kek, motongin rumput kek. Saat saya berkunjung kemari tidak terlihat seorang pun petugas kebersihan yang membersihkan stadion. Kedua, Bobotoh dan pecinta sepak bola lain yang datang ke Si Jalak Harupat berkewajiban penuh untuk menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah seenaknya. Tempat sampah udah banyak disediain loh itu.

So, tolong jaga stadion ini dengan baik saat tim kesayangan kita Persib Bandung bertanding. Kan demi kenyamanan kita bersama juga. 


Sekilas sih bersih, tapi ...




Tuh sampah-sampah kecil berserakan. Can you spot that?

Walaupun begitu, fasilitas-fasilitas lain masih terjaga dengan baik. Bangku penonton di bagian VIP dan VVIP masih terlihat bersih dan baru -- ngga tau ya kalo di sektor lain gimana.




PS: Sebentar lagi Persib akan menempati homebase-nya di Stadion Utama Gede Bage. Tolong jaga kebersihan dan rawat fasilitas yang ada. Semoga Persib selalu menang. Hidup Persib! :D

June 27, 2013

Untitled #02 #day12


Everything happens for a reason. Termasuk pertemuan kita.

Nuart Sculpture Park #day11

Galeri patung dan lukisan karya maestro Nyoman Nuarta ini terletak di Jalan Setra Duta Kencana II/11 Bandung. Oh iya, mungkin nama pemilik Nuart Sculpture Park terdengar asing di sebagian telinga kita. Padahal hasil karya beliau sangat terkenal di Indonesia, salah satunya patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Saat tiba di lokasi, taman yang luas dan teduh dengan banyak pepohonannya telah menyambut kami. Patung-patung unik pun menghiasi lahan seluas kurang lebih empat hektar ini. Pengunjung dapat menikmati semua karya seni dengan gratis. Yak, tidak dipungut biaya satu rupiah pun untuk masuk ke galeri Nuart. Setelah lelah berkeliling, pengunjung bisa menikmati kudapan di cafe yang terdapat pula di tempat ini.








Warung Lela #day10




Sebenernya ngga tau pasti track ke tempat ini secara perginya abis magrib. Jalanan udah gelap dan penunjuk arah pun otomatis ngga jelas. Jadi saya hanya mengandalkan sang navigator yaituuuu Icih. Hehe. Seinget saya kita melewati jalan Tubagus Ismail kemudian masuk perumahan dosen Unpad. Nah, selanjutnya hanya inget kalo jalannya belok-belok dan naik turun. :p

Singkat cerita, kita pun sampai di Warung Lela. Tempat duduk yang kita pilih letaknya di bawah karena dari sana kita bisa melihat city light yang kelap-kelip warna warni. Suasananya homy banget dan bikin betah lama-lama nongkrong di sini.

Kalau soal makanan, WaLe mengandalkan Mie Bakso. Harga yang ditawarkan untuk aneka bakso dan mie ayam mulai dari Rp 19.000 sedangkan untuk menu nasi mencapai Rp 27.500. Berhubung lighting yang kurang memadai alias remang-remang, kita ngga bisa foto dua mangkok besar mie yamin pesanan kita.

Untuk teman-teman yang mau mencicipi silahkan datang langsung ke TKP ya. Alamatnya  Jl. Kupa No.6, Kompleks Rancakendal, Bandung. Kalau tersesat di tengah jalan, aktifkan GPS-nya (Gunakan Penduduk Sekitar) a.k.a. nanya orang. :p

June 24, 2013

Lisung the Dago Boutique Resto #day9

Alamat: Jl. Dago Pakar Timur III Ciburial Cimenyan Bandung Jawa Barat  Indonesia
Telefon: +62 22 2536225

Lisung letaknya bersebelahan dengan Selasar Sunaryo. Resto ini juga salah satu tempat ngopi paling asik di Dago. Nah di sini berbeda dengan Selasar Sunaryo yang hanya menawarkan kopi dan makanan ringan. Lisung juga menyuguhi pengunjung dengan main course yang beragam. Salah satu andalannya adalah nasi bakar koempeni. Harga juga tergolong standar, tidak terlalu murah dan tidak terlalu mahal. Tapi ya kalo tiap hari ke sini bangkrut juga. Hehe.

Viewnya luar biasa menakjubkan jika kita duduk santai di pinggir teras yang letaknya agak ke bawah. Tapi sayang saat saya ke sana, tempatnya udah duluan di-book sama pasangan-pasangan yang ... mmmhhh merasa tempat itu milik mereka berdua -- secara ya rangkul-rangkulan gitu, duduknya mepet-mepet kayak di angkot. Jadi yang ingin menikmati night view kota Bandung lebih baik datangnya sekitar jam empat sore -- tapi nggak jamin juga :p.