November 05, 2017

Baby Spa di Mom n Jo Surabaya

Si anak kecil Frasya sudah menginjak 15 bulan sekarang. Woaah ngga kerasa kayaknya baru kemarin gendong bayi kecil, tau-tau sekarang udah bisa jalan dan makin centil! Nanti tiba-tiba mau mantu aja (eh terlalu visioner emaknya :D)

Frasya ini belum pernah dipijat kayak bayi-bayi zaman dulu di dukun bayi -- kecuali sama eyangnya, orang jawa bilang didadahi. Mulai cari-carilah saya tentang baby spa di Surabaya yang recommended. Ada beberapa pilihan tempat, salah satunya yang berlokasi di mall Tunjungan Plaza. Setelah dilihat kok kurang nyaman ya, tempatnya tidak begitu besar dan tempatnya menggunakan dinding kaca transparan yang memungkinkan anak-anak melihat orang lalu lalang di depan baby spa ini. Kan jadi nggak peaceful ya. Padahal justru saya menginginkan tempat yang tenang dan santai. Akhirnya Frasya saya bawa ke Mom n Jo Baby Spa di Jalan Prapanca no. 36 Darmo, Wonokromo, Surabaya. Sebelumnya saya sudah reservasi dahulu untuk baby treatment via telefon karena dikhawatirkan penuh di waktu yang saya mau.

Standard baby treatment yang termasuk berenang di bak mandi dan massage dibanderol Rp 250.000. Harga memang berbanding lurus dengan kualitas. Tempatnya super nyaman, tenang, dan damai. Persis seperti yang diinginkan. Sebelum dipanggil menunggu giliran treatment, kami menunggu di waiting room. Bener-bener child-friendly, sambil menunggu anak-anak bisa bermain dengan mainan yang disediakan. Mainannya pun bukan sembarangan lho, keluaran Fisher Price atau setara jadi sangat aman.

Tidak berapa lama, mbak terapisnya manggil kami. Sekarang giliran treatmentnya Frasya. Sebelum mulai berenang, Frasya ganti baju renang dulu dan diajak stretching. Mbak terapisnya ramaaah banget, Frasya jadi ngga takut dan langsung akrab. Frasya berenang di bak kecil berisi air hangat ditemani bola-bola plastik warna warni. Awalnya, Frasya agak takut dan gugup tapi lama kelamaan seneng juga main air. Setelah 45 menit berenang, Frasya pun dipijat sambil nonton film kartun. Selama treatment Frasya benar-benar menikmati dan ngga nangis. Massage juga dilakukan selama 45 menit. Setelah selesai semua treatment, mama papanya disuguhi segelas wedang jahe hangat. Frasya malah ketiduran sehabis dipijat. Next time, pasti ke sini lagi. Oh iya, selain baby spa, ada juga baby gym dan treatment lain untuk balita dan ibu hamil.









Bukit Jaddih Madura

Jalan-jalan kali ini edisi sekeluarga besar 4 generasi (halah), biasanya hanya berdua suami (dan sekarang ditambah si anak kecil Frasya). Bukit Jaddih terletak di Kecamatan Socah, Desa Jaddih Kabupaten Bangkalan Madura, Jawa Timur. Dari Surabaya, kami menempuh perjalanan satu setengah jam atau jaraknya sekitar 28 km melalui jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Madura dan Surabaya.

Awal perjalanan dari Surabaya memang lancar dan mudah, namun memasuki area wisata Bukit Jaddih jalan menjadi cukup terjal penuh bebatuan sehingga pengendara roda dua maupun roda empat harus berhati-hati. Cuaca di sini sangat panas, gersang dan berdebu. Pengunjung disarankan memakai sunblock dan masker.

Sekilas mengenai  Bukit Jaddih, bukit ini terbentuk karena aktivitas penambangan batu kapur. Warga masih terlihat menambang batu kapur, truk-truk pengangkut juga lalu lalang di tempat ini. Akibat proses penambangan bertahun-tahun, bukit ini bertransformasi menjadi tebing-tebing megah berwarna putih dengan pahatan indah di sisi-sisinya. Dibalut dengan langit biru cerah, Bukit Jaddih menjadi terlihat sangat menawan dan wajib dikunjungi wisatawan.

Pengunjung dikenai tiket masuk seharga Rp 5.000 per orang dan tarif parkir mobil Rp 10.000. Di sekitar tempat wisata ini banyak pedangan asongan jadi kalau kelaparan tidak perlu khawatir. Selain menyuguhkan pemandangan tebing batu kapur yang menjulang, pengunjung juga bisa menelusuri waduk atau pemandian yang berada di lokasi wisata.
 





November 15, 2016

Cerita Pasca Melahirkan

Bagaimana rasanya melahirkan spontan/normal? SAKIT. SAKITNYA LUAR BIASA. Tapi terbayar oleh rasa bahagia ketika pertama kali mendengar tangisan sang buah hati. Setelah bayi keluar, sakitnya langsung hilang. Begitu katanya. Mulesnya memang hilang tapi proses dijahitnya itu juga sakiiit, ngilu. Bohong kalau orang lain bilang ngga sakit. Yaa mungkin berbeda tiap-tiap orang. Bukan menakut-nakuti ibu-ibu yang akan melahirkan secara normal, tapi ya memang begitu adanya. Hihi. Tapi jangan takut buibu, kalian itu SETRONG! Sudah kodratnya seperti itu, setiap wanita pasti mengalaminya dan berhasil melaluinya. Dan ngga kapok! Hahaha...

Rasa sakit itu belum selesai. Saya masih merasakan sakit di bekas jahitan selama kurang lebih dua minggu. Setiap akan bergerak rasanya cenat-cenut. Mau duduk ngga enak, jalan ngga enak, tidur juga ngga enak. Ditambah lagi harus bangun tengah malam untuk menyusui dan mengganti popok. Mana pas Frasya lahir itu musim hujan, jadi setiap malam harus menyetrika popok dan bedong yang belum kering. Alhasil badan lemah, letih, lesu, tak berdaya ditambah ngantuk karena kurang tidur.

Bukan hanya itu, pengalaman menyusui pertama kali menjadi hal yang menakutkan. Puting payudara sebelah kiri sampai lecet dan mengeluarkan darah karena peletakan mulut bayi yang tidak tepat. Maklum masih amatir. Saya harus menahan rasa panas di bagian puting setiap kali Frasya menyusu. Kalau ia bangun ingin menyusu, saya sampai merasa ngilu duluan dan membatin, "tunggu bentar lagi ya nak. Puting mama masih sakit."Namun, seiring berjalannya waktu, rasa sakit itu menjadi hal yang biasa. Sekarang, walau puting sakit sedikit, saya tetap berikan dan alhamdulillah justru tambah membaik karena air liur bayi merupakan obat bagi puting ibu yang lecet.

Empat hari pasca lahir, badan dan wajah Frasya terlihat kuning. Saya dan suami segera cek lab ke rumah sakit. Melihat anak bayi diambil darahnya itu sungguh heartbreaking. Ngga tega! Frasya menangis super kencang selama darahnya diambil. Hasil lab menunjukkan bahwa kadar bilirubin Frasya mencapai 9.6 mg/dL. Dokter menyarankan agar disusui saja setiap satu jam, karena bilirubin dapat terbuang bersama urin. Saya ikuti petunjuk dokter, kalau Frasya masih tidur saya sodorkan payudara saya agar ia menyusu. Sedangkan orang tua menasihati agar bayi dijemur setiap pagi dan lampu kamar diganti menjadi lampu pijar warna kuning. Dokter sih tidak setuju dengan hal ini, karena bilirubin tidak bisa turun dengan sinar lampu biasa tetapi harus disinar blue light di rumah sakit, Selang dua hari, cek darah mesti dilakukan kembali. Kali ini Frasya ngga nangis seperti pengambilan darah pertama. Alhamdulillah indeks bilirubinnya menurun di angka 7 mg/dL dan kata dokter hal tersebut normal.

Seingat saya, saya pun mengalami baby blues, periode di mana saya menjadi sangat moody, sensitif dan mudah menangis. Dalam kasus saya, karena belum bisa bergerak leluasa akibat luka jahitan belum pulih, saya tiba-tiba menangis saat melihat suami saya beberes pakaiannya sendiri untuk dinas seraya berkata, "Maaf sayang, ngga bisa nyiapin baju-bajunya." Dan saya pun sesenggukan. Sungguh saya merasa menjadi istri yang tidak berguna. Pernah suatu kali, karena puting sebelah kiri lecet saya jadi enggan memberikannya pada si bayi. Ditambah Frasya menangis terus. Mamah dan suami memohon dengan marah (yang saya anggap begitu) agar saya tetap memyusuinya dengan payudara kiri. Saya kesal dan menangis di kamar mandi. Berlebihan? Mungkin. Tapi itu yang saya rasakan. 

Menjadi orang tua baru memang serba takut dan panik. Pernah Frasya cegukan tengah malam sehabis menyusu. Saya dan suami benar-benar dihinggapi kecemasan. Aduh bahaya ngga ya bayi cegukan? Saya langsung browsing dan ternyata ya hal itu wajar. Bayi baru lahir memang sering cegukan. Frasya juga sebentar-sebentar GER (Gastroesophageal Refluks). Bahasa awamnya gumoh. Atau Frasya yang gampang sekali kagetan kami anggap serius dan menjadi khawatir berlebih. Haha.. Padahal kan itu biasa. Oh ya, Frasya juga sempat terkena flu di bulan pertama usianya Dan itu menjadi mimpi buruk bagi saya. Ceritanya, karena ketularan papanya yang lagi flu. Sore hari saat hujan, Frasya tetiba batuk tanpa henti karena kesulitan bernapas yang diakibatkan hidungnya mampet. Saya panik luar biasa. Setengah menangis dan gemetar, saya teriak-teriak minta tolong sama Mamah dan Bapak (suami sedang bertugas di Jakarta saat itu). Saya segera membawa Frasya ke rumah sakit untuk berobat. Setelah diberi obat alergi sekaligus pengencer dahak, Frasya menjadi ngantuk dan tidur lebih lama dari biasanya. Keesokan harinya, ia sudah membaik. Saya berjanji hanya sekali itu saja ia terkena flu.

Cerita pasca melahirkan memang beragam dan tidak ada habisnya. Bahagia, sedih, marah, dan ketika memutarnya kembali dalam memori kok kocak juga ya. Bersyukur, semuanya berjalan lancar dan sehat hingga hari ini. Saya dan suami masih harus banyak belajar menjadi orang tua yang baik untuk Frasya, si bayi montok yang dua belas hari lagi berusia empat bulan. Makin pinter ya anak mama papa!

November 04, 2016

Pengalaman Melahirkan di RSIA Hermina Pasteur Bandung

Tiga bulan vakum menulis, sekarang saya hadir lagi menyapa pembaca. *dadahdadah* :D
Kali ini saya ingin berbagi informasi tentang pengalaman saat melahirkan di RSIA Hermina Pasteur. Kenapa Hermina? Karena rumah sakit ini paling dekat dengan saya tinggal, waktu tempuh kira-kira 30 menit dari Cimahi.

Oh ya, ada baiknya ibu yang akan melahirkan mereservasi kamar terlebih dahulu karena kita bisa mendapat privilege sebagai berikut:

SEBELUM MELAHIRKAN:
1. Free senam hamil 4x
2. Meet the expert class (di sini kita bisa tanya-tanya seputar proses dan pasca persalinan)
3. Personal Maternity Officer (PMO) Class (terdiri dari bidan-bidan berpengalaman dan terlatih)
4. Discount pemeriksaan lab prenatal trimester III
5. Free Fisiotherapy
6. Free konsultasi kesehatan gigi dengan dokter gigi umum
7. Free konsultasi laktasi dengan konselor laktasi

SETELAH MELAHIRKAN:
1. Free senam nifas
2. Free kursus pijat bayi 1x (usia bayi maksimal 8 bulan)
3. Free creambath 1x (tambahan 1x lagi creambath jika book kelas VIP ke atas)
4. Free konsultasi ke dokter spesialis kulit
5. Meet the expert class
6. Free konsultasi laktasi dengan konselor laktasi

Nah, banyak sekali kan keuntungannya dan untuk mereservasi kamar ini tidak dipungut biaya. Kita hanya perlu mengisi data diri saja. Dari seluruh privilege tersebut, saya hanya mengambil yang free creambath, itu pun Mamah yang pake. Setelah melahirkan kayaknya ngga ada waktu buat creambath deh, anak bayi ngga bisa ditinggal. Huhuuu..

Kamar bersalin terdapat di lantai 2 dan terbagi menjadi beberapa kelas. Berdasarkan pengamatan saya, kelas 1-3 berada di ruangan yang sama dengan 2 tempat tidur (sebelumnya saya ditempatkan di sini karena kelas VIP masih terpakai), kelas VIP, dan VVIP. Menjelang subuh saya baru pindah ke ruang persalinan VIP. Kamarnya lebih luas dengan satu tempat tidur dan sofa panjang.

Seperti yang telah saya ceritakan di post sebelumnya, perawat dan bidan di sini sungguh cekatan dan ramah. Selama mengobservasi kemajuan persalinan saya, mereka benar-benar sabar dan meladeni semua pertanyaan-pertanyaan saya. Setelah selesai persalinan spontan (ceritanya dapat dibaca di sini), saya dipindahkan ke kamar rawat inap di lantai 3. Fasilitas kamar standar VIP dilengkapi dengan satu tempat tidur elektrik, sofa panjang, LCD TV, lemari es, telepon, kamar mandi dengan air panas, toiletries, tea set, paket buah dan souvenir.

Ruang Bersalin VIP RSIA Hermina Pasteur
Ruang Rawat Inap VIP RSIA Hermina Pasteur

Di bawah ini saya lampirkan perkiraan biaya persalinan di RSIA Hermina Pasteur. Estimasi biaya ini dengan lama menginap selama 3 hari (kecuali sectio 4 hari). Kalau saya kemarin persalinan normal dengan dokter. Mudah-mudahan informasi ini dapat membantu bumil-bumil yang akan segera melahirkan.


August 12, 2016

Detik-detik Baby F Dilahirkan



27 Juli 2016

00.10
Saya masih terjaga setelah menelfon suami yang sedang dinas di Jakarta, sambil membaca blog dan laman tentang kehamilan. Rasa kantuk mulai mendera tapi mata sulit rasanya terpejam. Sesekali kontraksi semu muncul dan Baby F menendang-nendang dengan kencang. "Ah mungkin Baby F laper nih." Saya pun ke dapur mencari kue untuk dimakan dan membuat segelas penuh susu. Mulas disertai perut yang mengencang masih terus saya rasakan. Kali ini kontraksi palsu ada setiap sepuluh menit kemudian hilang. Rasanya juga (maaf) kayak mau pup. Saat ke kamar mandi, oh ternyata sudah ada flek-flek terlihat!
THIS IS IT!

01.50
Buru-buru saya bangunkan Mamah dan bilang sudah ada flek tanda akan melahirkan. Suami juga segera saya kabari. Saya dan Mamah ngga tergesa-gesa ke rumah sakit karena Mamah sudah pengalaman dan coba menenangkan saya kalau waktu melahirkannya masih lama. Semua perlengkapan Baby F dan saya selama di rumah sakit nanti yang sudah disiapkan sebelumnya siap dibawa. Buku catatan kehamilan juga ngga lupa saya bawa. Setelah semua siap, meluncurlah saya dan Mamah ke RS. Hermina Pasteur.

02.45
Sampai rumah sakit. Bersyukur juga kontraksi ini muncul pagi-pagi buta yang mana jalanan pasti lengang dan lancar jaya. Ngga kebayang kalo kontraksinya pas jam-jam pulang kantor, macetnya pasti bikin makin mulesss. Baby F pinter yaaa..hehe..
Rumah sakit yang biasanya gaduh di siang hari, terlihat begitu sepi dini hari itu. Saya menuju Front Office untuk mendaftar dan ngga lama perawat datang mengantarkan saya ke ruang persalinan. Oh iya sebelumnya saya sudah booking kamar persalinan seminggu sebelumnya. 

03.30
Saya dibawa ke ruang persalinan di lantai 2 dan langsung periksa dalam. Tau kan ya periksa dalam? Tangan bidannya 'masuk-masuk' mengecek sudah pembukaan berapa. Ternyata sudah pembukaan 3!
Suami yang baru menerima pesan saya langsung meluncur ke Bandung dari Jakarta. Dan jam stengah 5 subuh itu suami kena macet di Cawang. Itu setengah 5 subuh men! Jakarta udah macet! Apa-apaan?!

06.30
Waktu berlalu sangat lambat...kontraksi masih muncul setiap sepuluh menit. Saya merasakan seperti kepala Baby F mendorong jalan lahir. Mulesnya seperti lagi haid. Sekali-sekali saya meringis dan menutup mata menahan sakit. Mamah setia mendampingi sambil melantunkan doa.
Suami dan ibu mertua - yang sebelumnya ternyata dijemput suami dari Purwakarta - akhirnya datang. Melihat wajah suami mulesnya hilang..seneng bangeeettt..
Progres pembukaan dicek setiap empat jam. Dua jam lagi...mudah-mudahan nambah pembukaannya.

08.30
Periksa dalam lagi! Darah tanda mulai terbukanya jalan lahir sudah mulai rembes. Kali ini...pembukaan 5! Alhamdulillah ada kemajuan. Oh ya proses melahirkan normal itu mulai dari kontraksi hingga lahir rata-rata 18 jam. Huhuuu lama yaaa..
Bidan yang saat itu bertugas menyarankan agar saya banyak jalan untuk mempercepat pembukaan. Saya sempat naik ke lantai 5 lewat tangga biasa untuk melihat kamar rawat inap di mana sudah menunggu Mamah, Ibu Mertua dan adik bungsu. Suami menggandeng tangan saya yang sewaktu-waktu saya remas bila kontraksi datang. Sampai di kamar saya peluk suami saking sakitnya dan nahan nangis. Sabarrr..

12.00
Periksa dalam dipercepat karena saya mulai ngga tahan dengan rasa sakitnya. Pembukaan hanya naik setengah senti. What!!! Suami bener-bener luar biasa. Mensupport saya kalau saya pasti bisa melalui ini, mendoakan saya tanpa henti, menyuapi saya dengan sabar, rela diperintah saya yang sedang kesakitan.

13.30
Saya mulai berteriak-teriak yang sebelumnya saya masih bisa tahan dan hanya merintih sesekali. Suami mulai saya remas tangan dan bahunya lebih kencang, bajunya saya tarik-tarik. Saya minta dipanggilkan bidan setiap 15 menit karena rasanya lebih tenang kalau bidan sudah datang dan memberi penjelasan.
Pembukaan dicek lagi. Pembukaan 7! Aaahhh rasa sakitnya subhanallah.. begini ya perjuangan ibu kita saat melahirkan. Huhuuu maaf kalau saya suka kurang ajar, Mah. :(
Saat Mamah mnguatkan di samping saya mulai menangis, ingin rasanya sujud minta maaf.
Mamah juga pastinya ikutan nangis. Pasti bisa. Sebentar lagi ya harus tahan, kata mamah.
Suami yang setia dan sabar mulai ngga kuat juga liat saya kesakitan setengah mati. Masih kuat ngga? Kalau mau sesar ngga papa. Saya juga kepengennya langusng sesar aja berhubung sakitnya ngga karuan dan saya ngerasa lelah bgt juga ngantuk. ngga ada tenaga rasanya kalau mau lanjut.
Saya minta disesar aja sama suami dan mamah. tapi mamah bilang jangan. Yakin pasti bisa.

15.30
Peralatan operasi mulai disiapkan di sekitar tempat tidur. Alat infus dipasangkan di tangan sebagai persiapan transfusi darah kalau-kalau diperlukan atau sebagai cairan induksi. Saya ngga mau induksi, kalau induksi saya pilih langsung sesar ajaaa..
Bu bidan yang dari tadi saya panggil mengarahkan saya untuk jangan dulu ngeden kalau belum pembukaan 10. Saya disuruh tarik nafas dan buang nafas. Tapi ngga bisaaa, maunya ngedeeen...
Bu bidan-bu bidan nya setia banget dan sabar banget ngeladenin saya yang banyak tanya, banyak ngatur, minta ditemenin, diremes juga tangannya. Bu bidannya nyuruh saya untuk tidur miring biar pembukaannya cepat,tapi kontraksinya 10x lipat sakitnya. Yang dicari itu sakitnya, mulesnya, kata bu bidan.
Akhirnya pembukaan 9 dan hampir 10.
Dokter Indri Budiarti sudah diberitahu untuk segera proses lahiran. Mamah, Ibu diminta keluar. Suami tetap mendampingi. Dokter datamg, langusng pakai celemek. Selanjutnya saya disuruh membuka kaki selebar-lebarnya dengan kedua tangan merangkul kaki. Lalu harus ngeden tanpa mengeluarkan suara dan mata harus melihat ke arah keluarnya bayi. Ngga boleh merem karena kataya pembuluh darah di mata bisa pecah.
Dokternya dengan lantang dan tegas teriak: Buka kakinya jangan ditutup!
Suami girang banget pas liat kepala Baby F mulai keliatan..

16.06
Ngga sampe 5 menit ngeden, tangisan Baby F terdengar memenuhi ruangan. Ya Allah, itu anakku yang selama 9 bulan dikandung, begini ya rupa dan suaranya. Saya dan suami terharu dan mulai terisak. Tak lupa kami tak hentinya mengucap syukur. Anak kami terlahir sempurna lahir batin.
Alhamdulillah...

Terima kasih buat para bu bidan yang saya ngga tau namanya dari shift subuh sampai sore yang setia dan sabar menemani. Terima kasih buat bu dokter Indri Budiarti telah membantu proses persalinan dengan lancar dan juga petunjuk-petunjuknya selama saya kontrol kehamilan. Allah yang membalas jasa kalian. Saya benar-benar bersyukur dipertemukan dengan mereka yang menyemangati saya bahwa saya pasti bisa melahirkan secara normal.

Dan, untuk anakku...
 
Welcome to the world, FRASYA ZHAFIRA ANANTARI!




July 26, 2016

My Pregnancy Story: Maternity Photography

Melihat foto-foto maternity yang berseliweran di Instagram bikin kepengen juga. Tapi saya dan suami ngga mau foto studio, rasanya kayak lebay dan ngga penting-penting amat. Hehe.. Minta bantuan teman untuk fotoin juga ngga ada. Alhasil kami berdua foto-foto sendiri: menentukan spot hingga menata gaya. Kami cari dulu referensi fotonya di Instagram maupun website. Sederhana dan seadanya memang, tanpa dress code ala-ala atau efek baju yang tersibak angin dari blower atau properti-properti lucu. Tapi yang paling penting, saya dan suami dapat mengabadikan momen berharga saat Baby F masih di perut. Bagaimana tiap bulannya perut ini semakin membesar yang artinya Baby F juga tumbuh di rahim saya. Nantinya, foto-foto ini akan mengingatkan kami bagaimana rasanya menunggu kehadiran buah hati, bagaimana rasanya saat tahu pertama kali hamil, bagaimana rasanya melihat Baby F gerak-gerak saat USG, dan bagaimana rasanya menunggu Baby F terlahir ke dunia. 

Photoshoot bersetting di halaman rumah Cimahi, jendela kamar tidur, hutan jati Cibungur Purwakarta dan Situ Buleud Purwakarta. Berbekal kamera iPhone, kami jeprat jepret mengikuti foto rujukan yang didapat dari situs-situs internet. Hasil foto kami olah dengan aplikasi Snapseed atau VSCO. Hal lucu saat akan pemotretan di hutan jati Cibungur, saya harus mangantongi bawang putih sebagai penolak bala. Kata orang tua sih biar setan atau jin tidak 'ngikut' atau 'nempel' sama kita. :D Percaya ngga percaya ya, tapi mengikuti nasihat orang tua apa salahnya sih. Daripada ketempelan beneran. *ketok-ketok meja*

Susahnya ngga ada yang fotoin itu saya dan suami ngga bisa foto berdua! Mau minta tolong orang malu ah. Jadi kamera cukup dipasang timer saja. :D 

Dear Baby F, ini foto mama papa waktu kamu masih di perut. Mama Papa udah ngga sabar ketemu kamu. Sehat sehat terus, anakku. Sebentar lagi kita ketemu ya terus foto-foto bareng :D







Yang ini bukan maternity photo, cuma pengen foto aja waktu lagi jalan pagi di Situ Buleud. :D


My Pregnancy Story: Bio Oil Bisa Hilangkan Stretchmark?

Hai ibu-ibu hamil di luar sana! Siapa yang punya stretch mark? Ngeselin banget ngga sih punya garis-garis merah keunguan di sekitar perut saat hamil? :(

Stretchmark atau peregangan kulit muncul karena pengaruh hormon kehamilan dan akibat melarnya kulit yang mengakomodasi pertumbuhan janin. Tapi tidak semua wanita hamil mengalami strechmark. Beruntungnya mereka yang 'selamat' dari stretch mark karena faktor genetis.:( Padahal mamah saya mulus-mulus aja tuh kulitnya udah hamil 3 kali juga :(. Menurut mitos, stretchmark timbul karena kita sering menggaruk kulit jika gatal.

Memasuki usia kehamilan 6 bulan, saat si kulit mulai menampakkan guratan-guratan merah ini saya kaget karena saya ngerasa ngga pernah garuk-garuk. :( Buru-buru saya browsing, blogwalking, dan stalking instagram untuk tahu produk apa yang paling ampuh hilangkan stretchmark. Ketemulah saya dengan Bio Oil. Reviewnya sih bagus menurut orang-orang yang udah coba. Tapi perlu proses selama kurang lebih 3 bulan. Jadi harus ekstra sabar dan telaten. Harga per botolnya yang berisi 60 ml adalah Rp 110.000. Di Guardian harganya Rp 120.000. Mahal juga ya mengingat volumenya yang cuma sedikit. Saya putuskan untuk mencoba Bio Oil dan saya pesan melalui onlineshop di Instagram.

Berbicara tentang packaging-nya, botol Bio Oil ini tergolong kecil. Botolnya terbuat dari plastik transparan berkualitas sehingga minyak yang berwarna jingga terlihat jelas. Berdasarkan keterangan di selembar kertas yang terdapat dalam kemasan Bio Oil, terdapat manfaat-manfaat yang terkandung. Berikut adalah manfaat Bio Oil.
  • Bio-Oil diformulasikan untuk membantu mengurangi kemungkinan pembentukan stretchmarks dalam masa perubahan ukuran tubuh yang pesat seperti kehamilan, pertumbuhan pada remaja, dan kenaikan berat badan. Untuk membantu menyamarkan stretch marks yang ada, oleskan Bio-Oil dua kali sehari, pijat menggunakan ujung jari dengan gerakan melingkar sampai benar-benar terserap. Gunakan minimal selama 3 bulan.
  • Bio-Oil membantu menyamarkan bekas luka baru maupun lama.
  • Bio-Oil membantu menyamarkan noda pigmentasi dan flek yang disebabkan oleh fluktuasi hormonal, pencerah kulit atau paparan sinar matahari yang berlebihan.
  • Bio-Oil membantu menghaluskan dan meratakan warna kulit yang mengalami penuaan dan kerutan baik pada wajah maupun tubuh.
  • Bio-Oil membantu mengembalikan minyak alami kulit yang hilang oleh faktor-faktor seperti cuaca yang ekstrim, air dengan kandungan kimia yang tinggi, terlalu sering berendam, dan kulit kering akibat pemanas atau AC.
Sejauh ini, saya belum melihat adanya perubahan, memang diperlukan waktu tiga bulan baru kelihatan efeknya dengan pemakaian rutin. Saya baru pakai satu botol selama satu bulan tapi jarang pakainya. Awal rajin sehari dua kali, tapi makin ke sini malas banget. Sehabis melahirkan saya berencana merutinkan penggunaannya. Semoga ada hasilnya deh.