Bulan Februari kemarin untuk pertama kalinya saya mengajar mahasiswa. Kalau disebut dosen rasanya belum pantas, saya lebih suka dengan istilah asisten dosen saja. Rasanya excited terjun ke dunia baru dengan tantangan baru. Selain itu, sempet bingung juga sih, banyak hal yang tidak saya ketahui tentang metode mengajar di bangku kuliah, materi, penilaian dan sebagainya. Tapi bukan tentang kebingungan saya yang ingin saya share di post kali ini, melainkan rasa syukur.
Well, saya benar-benar bersyukur ketika saya mengajar kelas karyawan di mana mayoritas mahasiswanya sambil bekerja dan umurnya di atas saya. Saya merasa "Alhamdulillah di umur yang terbilang muda saya diberi kesempatan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2 dan sekarang Allah mengizinkan saya menjadi pengajar muda di dua perguruan tinggi."
Ada beberapa mahasiswi yang dengan antusiasnya bertanya: "Ibu kelahiran taun berapa? lulus taun berapa?" Ada juga yang nyeletuk "saya kira temen baru loh bu pas liat ibu masuk kelas. hehe."
Saya dan mereka pun akhirnya ngobrol-ngobrol sedikit. Salah seorang dari mereka bilang bahwa ia kuliah sambil bekerja untuk membiayai uang SPP. Nah di sini saya juga bersyukur sekali tapi sekaligus terselip rasa malu. Bersyukur karena saya tidak usah susah payah banting tulang untuk membiayai kuliah. Saya bisa fokus pada studi saya sementara mereka harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjan. Bukan hal yang enteng. Kalau malu, ya karena untuk biaya kuliah saya masih dibantu oleh orang tua.
Oh iya saya juga teringat ketika melamar ke perguruan tinggi di mana saya menginduk, segalanya benar-benar mudah. Pokoknya mah lancar jaya deh! Saat itu ceritanya saya menyerahkan lamaran ke Prodi Pendidikan B. Inggris, eh kata sekretaris prodinya hari itu adalah hari terakhir penerimaan berkas pegawai baru. Wow how lucky I am, saya datang di saat-saat akhir. Kata beliau lagi, wawancara dimulai hari itu juga pukul 14.00. Saya hanya harus menunggu dua jam. Dan saat wawancara pun, walaupun salah satu interviewer bilang bahwa jawaban saya terlalu klise dalam hal salary, beliau ini meloloskan saya juga. Yeay! Bahkan saya dapat bonus diminta untuk menjadi Language Laboratory Assistant di sebuah perguruan tinggi milik tentara di kota saya oleh Dosen Pembina saya. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Bersyukur sekali ketika orang lain sulit mendapat posisi sebagai dosen, saya malah diberi kesempatan dan kepercayaan dengan sangat mudahnya oleh Allah untuk menempati posisi tersebut.
Kemudian, di penghujung bulan Agustus ini pun saya diminta untuk menjadi Dosen Pembimbing untuk mahasiswa yang sedang melaksanakan PLP di sekolah-sekolah. Baru pertama menjadi dosbing, saya sudah dipercaya untuk membimbing 12 orang mahasiswa. Sempet juga dikira saya salah satu mahasiswa PLP oleh pihak sekolah. Hehe. Yah berbekal pengalaman saya mengajar, baik dulu ketika sama-sama menjadi praktikan di sekolah, pengajar di SMK dan sekarang menjadi pengajar muda di perguruan tinggi, saya mencoba berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan mereka-mereka calon Sarjana Pendidikan.
Semoga saya bisa terus berbagi ilmu yang bermanfaat.
Semoga Allah terus melimpahkan rezeki dan rahmatNya pada saya.
Dan...
semoga saya menjadi orang yang pandai bersyukur.
Bisa saya mintakan AAMIIN-nya?
AAMIIN.
:)