Yeaaay akhirnya sampai juga di Phuket pukul 8 malam (tidak ada perbedaan waktu antara Phuket dan Jakarta) setelah 2 jam 50 menit perjalanan dengan AirAsia dari Terminal 3 Soekarno-Hatta International Airport. Pesawat kami seharusnya terbang pada pukul 16.00 tapi ternyata pesawat delayed selama 25 menit karena padatnya lalu lintas udara. Yah begitulah pesawat bertarif rendah belum afdol rasanya jika tidak delayed.
Sebelumnya saya, Indri, dan adik saya Sekar ngegembel dulu di bandara kurang lebih lima jam. Kami berangkat dari Bandung menggunakan travel Cipaganti. Tiba pukul 11.00, kami kemudian makan siang di Bim Burger Terminal 3. Hingga saat keberangkatan tiba kami mondar-mandir mencari info di mana gate seharusnya kami berada, maklum ini pertama kali kami pergi sendirian lewat Terminal 3 Soetta. Mau beli cemilan atau sekedar ngopi untuk teman menunggu tidak jadi karena harganya mahal-mahal! Ya sudah kami makan bekal saja yang ada di tas kami.
The gembolans |
Waiting Lounge @ Terminal 3 |
Waktu menunjukkan pukul 15.40, menandakan gate segera ditutup dan kami harus segera boarding. Eh ternyata delayed, menunggulah lagi kami selama 25 menit. Setelah ada panggilan bahwa penumpang AirAsia tujuan Phuket Flight No. QZ 8242 diminta ke gate B, kami pun segera beranjak. Passport dicek oleh petugas imigrasi dan kami harus membayar airport tax sebesar IDR 150.000.
By the way, ini pertama kalinya saya naik pesawat AirAsia. Saat memasuki kabin yang menurut saya sangat sempit, saya langsung dihinggapi rasa panik dan agak sesak nafas. Apa saya menderita claustrophobia? Mungkin. Tapi segera saya mengatasinya dengan megatur pernapasan: exhale-inhale. Huuuh akhirnya saya mulai terbiasa. Tempat duduk saya seharusnya adalah 19D yaitu di aisle, namun ternyata si bapak yang berada di 19F yaitu tempat duduk sebelah jendela, dengan berbaik hati memberikan kursinya untuk saya karena beliau sering bolak balik toilet jadi lebih mudah keluar jika posisinya dekat dengan lorong. Alhamdulillah, seat favorit saya nih dekat jendela karena bisa melihat pemandangan dari atas pesawat. Duduk di kelas ekonomi memang benar-benar tidak mengenakkan, lutut rasanya kaku karena ruang gerak yang terbatas. Padahal dulu ketika saya menumpang Lion Air kelas ekonomi ke Jeddah rasanya tidak sesempit ini. Untungnya perjalanan hanya memakan waktu tiga jam.
Kabin yang sempit |
Teman selama penerbangan, the AirAsia inflight magazine Travel 3 Sixty |
Nih ada tips packing dari majalah Travel 3 Sixty |
Beres pengecekan imigrasi, kami pun melangkah keluar. Sebelum exit gate ternyata ada sebuah counter simcard bernama True Move. Pendatang bisa langsung meminta simcard tersebut ke petugas counter. Simcard ini gratissss. Kami pun meminta si petugas untuk sekalian mengaktifkan simcard tersebut dan mengisinya dengan paket data sebesar 140 MB untuk lima hari seharga 100 Baht.
Hampir setengah jam kami berada di counter ini karena harus mengantri, sedangkan Mr. Tarayuut sang penjemput sudah menunggu di luar dengan membawa sebuah kertas bertuliskan nama saya. Kata beliau, ia sudah menunggu selama dua jam. Hihi. I'm so sorry.
Si Mr. Tarayuut ini kurang mengerti bahasa Inggris, alhasil kami pun kerepotan berkomunikasi selama perjalanan. Oiya, jemputan kami ini adalah sebuah taksi Toyota Camry. Wow mewah sekali bukan. Jarak airport dengan hotel tempat kami menginap berjarak 34 kilometer dan memakan waktu 45 menit. Di tengah perjalanan kami meminta Mr. Tarayuut membawa kami ke sebuah rumah makan. Ia pun membawa kami ke sebuah rumah makan muslim di mana pemiliknya seorang Melayu. Di sini kami memesan Tom Yum, Sate Ayam, dan chicken pepper. Setelah selesai makan malam, kami pun melanjutkan perjalanan menuju hotel di kawasan Patong, Kathu District.
Hotel kami bernama APK Resort beralamat di Rachapatanusom Road. Alhamdulillah hotel berbintang tiga ini sangat nyaman, kamar kami yang tidak begitu luas dengan tambahan extra bed pun sangat nyaman.
Baiklah, cukup sekian post kali ini. Disambung ke post berikutnya ya, netizen. :D
With the waiter who is a Malay. Ternyata dia pernah ke Bandung juga belanja ke Pasar Baru. :D |
Masjid Nurul Islam di depan rumah makan. Ternyata cukup banyak juga umat Muslim di wilayah Phuket, termasuk Mr. Tarayuut juga seorang Muslim. |