Kawasan Bandung Utara khususnya Dago memang terkenal dengan cafe tempat nongkrong anak muda, tapi coba deh sekali-kali hang out ke Pesantren Babussalam. Letak pesantren Al-Quran ini berada di Jalan Ciburial Indah. Kalau di beberapa post sebelumnya saya pernah membahas tentang cafe Kopi Selasar, nah tempatnya ngga jauh dari sini. Dari Selasar Sunaryo jalan lurus terus sekitar dua kilometer -- mereun, da sayah nggak ngukur jalan :p. Pesantren asri ini nanti akan ada di sebelah kiri jalan.
Setiap sebulan sekali pada minggu ke tiga, ada istighasah yang dibuka untuk umum. Saat saya bertandang ke sini, Pak Kyai Muchtar Adam yang merupakan pimpinan pondok pesantren memberi sedikit ceramah. Terharu banget lah ketika Pak Kyai bercerita tentang usahanya membangun cabang pesantren Babussalam di tanah kelahirannya, Selayar Sulawesi Selatan.
Banyak santri Babussalam yang berlomba-lomba menyisihkan sebagian rizkinya untuk membantu. Salah satunya, ada seorang santri remaja yang memberikan uang jajannya kepada Pak Kyai. Katanya kurang lebih begini: 'Pak Kyai, ini saya ada uang 15.000 untuk bantu pesantren. Saya mau nyicil.'
Kata Pak Kyai, uang sebesar itu bisa untuk membeli tanah satu meter persegi di Selayar -- serius ini mah saya juga hampir ngga percaya. Padahal di daerah Dago harga tanah per meter persegi bisa mencapai puluhan juta. Ckckckck memang kalau harga tanah di lokasi bisnis itu valuenya tinggi sekali ya. Sepertinya ini dipengaruhi oleh pengembangan proyek baik properti residensial maupun komersial. Sedangkan harga lahan yang murah seperti di Selayar dikarenakan jauh dari pusat kota.
Selain istighasah, pengunjung juga bisa mengikuti kegiatan jual beli dengan menggunanakan koin emas dinar dan koin perak dirham. Seperti di zaman Rasulullah gitu deh. Dinar dan dirham adalah alat tukar terbaik yang tidak lekang oleh zaman, bahkan sangat dianjurkan oleh Allah dan Nabi Muhammad. Satu dinar sama dengan 4.25 gram emas sedangkan dirham setara dengan 2.975 gram perak. Seru kan?
Maka dari itu, beneran deh ini mah saya rekomendasikan sekali tempat ini sebagai wisata rohani. Keluar dari sini dijamin hati jadi adem dan tentunya menambah pengetahuan agama. :D
Setiap sebulan sekali pada minggu ke tiga, ada istighasah yang dibuka untuk umum. Saat saya bertandang ke sini, Pak Kyai Muchtar Adam yang merupakan pimpinan pondok pesantren memberi sedikit ceramah. Terharu banget lah ketika Pak Kyai bercerita tentang usahanya membangun cabang pesantren Babussalam di tanah kelahirannya, Selayar Sulawesi Selatan.
Banyak santri Babussalam yang berlomba-lomba menyisihkan sebagian rizkinya untuk membantu. Salah satunya, ada seorang santri remaja yang memberikan uang jajannya kepada Pak Kyai. Katanya kurang lebih begini: 'Pak Kyai, ini saya ada uang 15.000 untuk bantu pesantren. Saya mau nyicil.'
Kata Pak Kyai, uang sebesar itu bisa untuk membeli tanah satu meter persegi di Selayar -- serius ini mah saya juga hampir ngga percaya. Padahal di daerah Dago harga tanah per meter persegi bisa mencapai puluhan juta. Ckckckck memang kalau harga tanah di lokasi bisnis itu valuenya tinggi sekali ya. Sepertinya ini dipengaruhi oleh pengembangan proyek baik properti residensial maupun komersial. Sedangkan harga lahan yang murah seperti di Selayar dikarenakan jauh dari pusat kota.
Selain istighasah, pengunjung juga bisa mengikuti kegiatan jual beli dengan menggunanakan koin emas dinar dan koin perak dirham. Seperti di zaman Rasulullah gitu deh. Dinar dan dirham adalah alat tukar terbaik yang tidak lekang oleh zaman, bahkan sangat dianjurkan oleh Allah dan Nabi Muhammad. Satu dinar sama dengan 4.25 gram emas sedangkan dirham setara dengan 2.975 gram perak. Seru kan?
Maka dari itu, beneran deh ini mah saya rekomendasikan sekali tempat ini sebagai wisata rohani. Keluar dari sini dijamin hati jadi adem dan tentunya menambah pengetahuan agama. :D
KH. Muchtar Adam. Beliau ini lulusan UPI juga lho. Bangga saya. :D |
No comments:
Post a Comment